Kupang, Berita-tiga.com – Saham terbesar rakyat Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam sejarah berdirinya Negara Indonesia adalah Pancasila, karena Bung Karno merumuskan dan merenungkan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia di bawah pohon sukun di Kota Ende.
Demikian dikatakan Anggota DPR/MPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena saat melakukan sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI), Sabtu (08/02/20202) di Aula Serba Guna, desa Mata Air, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Kegiatan ini mengusung tema “NKRI Butuh Milenial Yang Cinta Tanah Air” dan diisi oleh empat pemateri, yakni Emanuel Melkiades Laka Lena (Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Fraksi Golkar), Jerry Manafe (Wakil Bupati Kabupaten Kupang), Sisma Martins (Relawan komunitas Peace Maker Kupang/Kompak) dan Putu Satria (Ketua DPP Peradah Indonesia NTT).
Pancasila menurut Melki Laka Lena lahir di Ende, oleh karena itu masyarakat NTT harus berbangga dan terus menjaga dan mengamalkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupannya. Di mana Indonesia bisa maju dan terus berdiri kokoh, jika generasi muda dan millennial terus punya siprit cinta akan tanah air.
“Acara ini sebenarnya bagian dari kita ingin memastikan anak – anak muda dan kelompok milenial harus tetap teguh dari waktu ke waktu memperteguh penghayatan kita terhadap Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI,” jelas Melki.
Melki juga mengajak anak muda dan milenial agar terus menjaga Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. “Kita dalam kehidupan sehari – hari membuat orang itu merasa menjadi manusia, dimanusiakan. Kita pastikan ini dalam kehidupan bersama agar semua menjadi nyaman,” ajak Melki.
Sedangkan Wakil Bupati Kabupaten Kupang, Jerry Manafe mengatakan dalam kehidupan sebagai kaum muda dan milenial harus bersatu.
“Jika masih terkotak-kotak akan susah nantinya. Kita NTT akan ketinggalan, jika masih mengkotak-kotakkan berdasarkan suku, agama, dan ras. Perubahan itu mulai dari diri sendiri, memberikan diri untuk Nusa Terindah Toleransi,” ungkapnya.
Sisma Martins dalam pemaparan materinya mengatakan pengaruh media sosial sangat luar biasa saat ini sampai mengancam Pancasila. Menurutnya nilai-nilai Pancasila mulai terkikis karena ulah kaum milenial yang gampang menyebarkan informasi hoax lewat kreatif konten dan video.
“Banyak yang menyebar hoax tentang Pancasila yang ketinggalan zaman, tetapi Pancasila tetap menang dan bertahan, karena Pancasila kekuatannya ada pada keberagaman Indonesia,” jelasnya.
Menurut Sisma ada banyak hal yang dapat dilakukan kaum milenial, seperti mengurangi penggunaan sampah plastic, menjaga kebersihan lingkungan merupakan contoh kecil dari mengamalkan nilai Pancasila.
“Hal-hal baik yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, maka Pancasila akan semakin kuat,” tutupnya.
Sedangkan Putu Satria, Ketua DPP Peradah Indonesia NTT, dalam materinya mengatakan negara Indonesia memiliki keberagaman suku dan agama tetapi ada pihak pihhak yang berupya menghancurkan.
“Negara kita luas dengan keanekaragaman, tetapi ada aliran yang mengancam, misalnya fundalitas agama dan menolak perbedaan,” jelasnya.
Untuk menjaga keberagaman, menurut Putu Satria, Pancasila harus dijadikan sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia karena Pancasila sebagai dasar moderat keanekaragaman yang mengakomodasi perbedaan sebagai kekuatan.
Putu Satria juga mengajak pemuda untuk selalu menjaga sikap toleran, akomodatif, dan inklusif dalam kehidupan bermasyarakat. “Orang muda tidak berbicara toleransi tapi bekerja untuk toeransi,” tutupnya.(Den)